Rabu, 14 April 2010

Jadi Aktifis Jangan Berkantong TIPIS !! PISS


Ini crita tentang sebuah ide yang takut hanya menjadi kenangan ide bila tidak didokumentasikan sebagaimana ide-ide terdahulu. hmm.. maklumlah kelebihan seorang Sanguinis biasanya Banyak ide tapi.... (sambil mesem-mesem getir)

Menjadi seorang aktifis seringkali diidentikan dengan kondisi bokek alias berkantong tipis, maklumlah jatah bulanan dari ortu yang emang awalnya diamanahkan untuk kesejahteraan hidup sebagai anak kos harus terbagi-bagi ke dalam ruang idealisme yang mungkin bagi sebagian orang pada umumnya itu kegiatan yang menyusahkan diri sendiri. Namun bagi kami yang memilih Aktivisme sebagai harga mati, seluruh jiwa dan harta kami akan kami persembahkan demi perjuangan ini... sayangnya.. tragisnya... ironisnya.... jangankan bermimpi seperti Abu Bakar yang mempersembahkan seluruh harta u perjuangan Umat Islam ketika itu, bermimpi untuk bisa memiliki harta banyak saja sudah menjadi sesuatu yang krisis di kalangan aktifis.

Apa benar aktifis umumnya berkantong tipis? lantaran sebagian besar uang pribadinya sudah mepet untuk kebutuhan primer (makan,ongkos, n pulsa). ada kisah menarik sekaligus mengharukan tentang militansi kawan-kawan aktifis yang pernah berjalan kaki lebih dari 7km karena harus mengisi kajian dan beliau tidak punya ongkos untuk naik angkot, atau kisah mereka yang sudah ga berani lewat warung nasi deket kampus lantaran sudah banyak sekali utangnya, atau kisah mereka yang cuti kuliah karena ga punya uang untuk bayar uang kuliah. memang benar mereka berkorban untuk memberikan yang terbaik, namun masa depan Indonesia sepertinya akan suram jika calon-calon pemimpin Negri di masa depan ini kurang gizi, varises atau bahkan telat lulus?

Apa benar aktifis memang takdirnya berkantong tipis? berkaca pada teladan umat manusia Rasulullah SAW sudah mulai mencari uang secara mandiri sejak usia remaja, saat usia 20an beliau sudah dipercaya oleh calon istrinya ketika itu (Khadijah RA) untuk mengelola kerajaan bisnisnya. sedikit crita ini menunjukkan bahwa menjadi pejuang pun tetap bisa berkarya secara profesional dalam wilayah bisnis. yang tentunya tiada lain hasil dari bisnis para aktifis ini akan menjadi pundi-pundi untuk membiayai perjuangan ini. Lalu di jaman sekarang ini, disaat dunia sangat kompetitif untuk melahirkan manusia besar, ada beberapa nama aktifis KAMMI dan juga gerakan lain yang tengah menunjukkan prestasinya dalam kitab besar pengusaha sukses Indonesia. Ada yang bergelut di wilayah ekspor hasil olahan karet, retail, software hingga menjadi high level position pada MLM2 ternama. Dengan semangat muda dan kesadaran tinggi akan integritas kenegaraannya mereka mencoba memajukan industri nasional,kelak menempati posisi-posisi baru para pebisnis muda yang penuh dedikasi moral dan kapasitas negarawan. Merekalah para aktifis yang bertekad kuat untuk mensejahterakan perjuangan ini.
Resensi ide di atas adalah kupasan inspirasi 2 pekan terakhir ini, yang akhirnya terkompori teman-teman ketika kemarin berkunjung ke kantor baru Muda Cendekia di daerah Utan Kayu Jakarta. Banyak nama yang kisah perjuangan membangun tangga kesuksesan bisnisnya dengan tetap beraktivisme harus tercatat dan tersebarluaskan. Ya, ide ini harus bisa dikongkritkan dengan media awal membuat buku, bocoran judulnya : Jadi Aktifis Jangan Berkantong Tipis (Kisah Sukses Para Pebisnis KAMMI) Hingga kelak menjadi inspirasi dan panduan bagi para generasi aktifis penerus, bahwa jangan menyerah pada keadaan "ketipisan kantong" kita dalam beramal. Jika seorang pemulung tua renta saja bisa memperoleh uang dari hasil pulungannya, apalagi kita?

---- with Mba Tri Mulyaningsih, krew MC, segelas jus alpukat, segelas teh botol, dan semangkuk bakso----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar